DAFTAR ISI
1. Gejala-Gejala
Kali Yuga (sumber : lecture Los Angeles, summer 1974)
2. Keagungan
Dari Bab Kedua Bhagavad-gita (Gita Mahatmya)
Gejala-Gejala Kali Yuga
tataç cänudinaà dharmaù
satyaà çaucam kñamä dayä
kälena balinä räjan
naìkñyaty äyur balaà småtiù
“Raja yang terhormat, setiap harinya agama, kejujuran, kebersihan,
sifat pemaaf, kasih sayang, usia hidup, kekuatan tubuh, dan daya ingat seluruhnya akan merosot dan merosot lagi karena
kekuatan yang luar biasa dari sang waktu“ [Çrémad-Bhägavatam 12.2.1]
Uraian
tentang Kali-Yuga [jaman kekalutan dan kemunafikan sekarang ini]
diberikan dalam Skanda Kedua belas
Srimad-Bhagavatam. Çrémad-Bhägavatam ditulis lima
ribu tahun yang lalu, ketika Kali-yuga
baru akan mulai, dan banyak hal yang akan terjadi dimasa depan
diuraikan disana. Karena itu kita menerima Çrémad-Bhägavatamsebagai sastra. Penyusun dari sastra (sastra-kara) haruslah
seorang yang sudah mendapatkan
pembebasan sehingga dia dapat menguraikan tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Dalam Çrémad-Bhägavatamanda akan menemukan banyak hal yang merupakan ramalan. Disana
disebutkan tentang kemunculan sang Buddha dan kemunculan Kalki Avatara
(Kalki Avatara akan muncul pada akhir dari Kali-Yuga) disana juga disebutkan tentang
kemunculan Sri Caitanya. Walaupun
Bhagavatam ditulis lima
ribu tahun yang lalu, penulisnya
mengetahui masa lalu, masa kini, dan masa depan (tri-käla-jïa), dan karena itu dia dapat meramalkan semua
kejadian ini dengan keakuratan yang sempurna.
Jadi disini Çukadeva
Gosvämé menguraikan
gejala-gejala utama pada jaman ini. Dia mengatakan tataç cänudinam: seiring
berjalannya jaman ini [Kali-yuga], dharma, prinsip-prinsip keagamaan; satyam, kejujuran; çaucam, kebersihan; kñamä, sifat pemaaf; äyuù, usia hidup, balam, kekuatan tubuh; smÃ¥ti daya ingat –
kedelapan hal ini secara perlahan-lahan merosot menuju nol atau nyaris nol.
Gejala lain dari jaman Kali yang diramalkan dalam Çrémad-Bhägavatamadalah
berkurangnya daya ingat (småti).
Kita lihat jaman sekarang ini, orang-orang tidak memiliki daya ingat yang tajam – mereka mudah
lupa. Mereka mungkin mendengarkan sesuatu setiap harinya, tetapi tetap saja dia melupakannya. Begitu juga, kekuatan badan (balam) menurun. Anda
dapat mengerti semua Ini, karena kalian tahu bahwa ayah dan kakekmu secara fisik lebih
kuat darimu. Jadi, kekuatan tubuh merosot, daya ingat merosot, dan usia hidup merosot – dan semua ini diramalkan dalam
Çrémad-Bhägavatam.
Gejala Kali-yuga
yang lainnya adalah kemerosotan
dalam bidang agama. Sebenarnya tidak ada pertanyaan tentang agama pada jaman ini –
semuanya hampir merosot menjadi kosong. Tidak seorangpun tertarik pada agama. Gereja dan kuil ditutup, terkunci.
Tempat-tempat itu menjadi tempat tinggal
anjing, sehingga dharma, agama,menjadi
merosot.
Kejujuran,
kebersihan, dan sifat pemaaf juga merosot. Dulunya, jika
seseorang melakukan suatu kesalahan, pihak yang lain akan memaafkannya. Sebagai
contoh, Arjuna dibuat menderita oleh
musuh-musuhnya, tetapi tetap, di medan
perang Kuruksetra dia berkata, “Krishna
biarkan saya pergi, saya tidak ingin membunuh mereka.” Ini adalah sifat pemaaf.
Tetapi sekarang, bahkan untuk sebuah sindiran orang akan membunuh.
Gejala lainnya adalah vittam eva kalau nèëäÃ
janmäcära-guëodayaù: “Dijaman Kali, kualitas dan kedudukan sosial seseorang akan dihitung sesuai dengan
jumlah kekayaannya.” [Çrémad-Bhägavatam
12.2.2] dahulu kedudukan seseorang diberikan sesuai dengan pemahaman
spiritualnya. Sebagai contoh, seorang brähmaëa
dihormati karena dia mengerti tentang brahman – dia sadar akan roh yang utama. tetapi sekarang di Kali-yuga sesungguhnya
tidak ada brähmaëa karena
orang-orang mendapatkan gelar brahmana hanya karena janma
atau kelahirannya atau hak sejak kelahirannya. Dahulu juga ada hak sejak lahir, tetapi
sesungguhnya seseorang dikenali sesuai dengan kelakuannya. Jika seseorang lahir
dalam keluarga brahmana atau keluarga
ksatriya, dia harus bertingkah laku
sebagai seorang brahmana atau ksatriya. Dengan kata lain, kehormatan diberikan
sesuai dengan tingkah laku dan pendidikan. Namun
sekarang, vittam eva kalau nèëäm: jika anda memiliki uang maka segala sesuatu menjadi tersedia. Anda
mungkin adalah seorang dari kelas ketiga atau kelas
keempat atau seorang pada kelas kesepuluh, tetapi jika entah bagaimana anda bisa
mendapatkan uang, maka anda akan sangat dihormati. Gejala
Kali-yuga yang lainnya: dharma-nyäya-vyavasthäyäà käraëaà balam eva hi. “Prinsip-prinsip keagamaan dan keadilan akan ditentukan oleh sebuah
pamer kekuatan.“ [Çrémad-Bhägavatam
12.2.2] jika anda memiliki pengaruh, maka segalanya akan ditentukan berdasarkan
keinginanmu. Berikutnya adalah däm-patye 'bhirucir hetur mäyaiva vyävahärike: “Pernikahan akan dilakukan berdasarkan
cinta yang sementara, dan untuk menjadi seorang
pengusaha yang sukses seseorang harus
melakukan kecurangan.” [Çrémad-Bhägavatam 12.2.3] Hubungan antara suami dan istri akan tergantung pada abhiruci rasa suka satu sama lain. Tidak seorangpun
mengetahui bagaimana masa depan dari gadis dan pemuda itu. Karena itu semua orang menjadi tidak bahagia.
Enam bulan kemudian setelah pernikahan – perceraian. Ini terjadi karena
pernikahan hanya berdasarkan rasa suka yang dangkal, bukan karena
pengertian yang mendalam, tetapi pada
jaman Kali-yuga ini dikatakan, däm-patye 'bhiruciù: pernikahan
terjadi hanya karena rasa suka yang dangkal antara satu sama
lain, hanya itu. Suka selama sesaat
berarti benci untuk saat-saat berikutnya. Ini adalah fakta. Jadi pernikahan
berdasarkan rasa suka yang dangkal tidak bernilai
sama sekali.
Gejala
berikutnya dari jaman ini adalah strétve puà stve ca hi ratir vipratve sütram eva hi: “Pasangan suami dan istri akan tinggal bersama hanya
selama adanya ketertarikan seksual, dan brahmana hanya dikenal hanya
karena mengenakan sebuah tali suci.” [Çrémad-Bhägavatam 12.2.3] Brahmana diberikan sebuah tali suci. Jadi sekarang
orang-orang berpikir “Sekarang saya memiliki tali suci, jadi saya telah
menjadi seorang brahmana. Saya mungkin
bertindak seperti seorang candala [pemakan daging anjing], tetapi itu tidak masalah.” Seseorang
tidak mengerti bahwa sebagai seorang brahmana dia memiliki banyak tanggung
jawab. Hanya karena dia memiliki tali suci yang berharga dua sen, dia berpikir dia telah menjadi seorang brahmana. Dan strétve puà stve ca hi ratiù: suami dan istri akan tetap bersama selama
mereka menyukai satu sama lain, tetapi segera setelah
mereka mengalami masalah dalam hal itu, rasa cinta mereka akan berkurang.
Gejala lainnya
dalam Kali-yuga adalah nyäya-daurbalyaà päëòitye cäpalaà vacaù: “Mereka yang tidak memiliki uang tidak
bisa mendapatkan keadilan, dan orang yang mahir mempermainkan
kata-kata akan dianggap sebagai seorang yang terpelajar.” [Çrémad-Bhägavatam 12.2.4]
anäòhyataiväsädhutve
sädhutve dambha eva tu
svékära eva codvähe
snänam eva prasädhanam
“Kemiskinan akan dianggap sebagai suatu yang hina, pada saat yang bersamaan seorang munafik yang dapat tampil akan dianggap saleh. Pernikahan
terjadi hanya berdasarkan perjanjian semata, dan hanya dengan mandi akan dianggap kebersihan dan perhiasan tubuh yang pantas. [Çrémad-Bhägavatam 12.2.5].
Gejala lain adalah düre väry-ayanaà térthaà lävaëyaà keça-dhäraëam: “Dengan hanya pergi kesuatu sungai yang jauh dianggap sebagai
suatu tirtha-yatra yang benar, dan seorang pria akan berpikir dia tampan apabila dia memiliki rambut yang panjang.” [Çrémad-Bhägavatam 12.2.6] lihatlah bagaimana sempurnanya Çrémad-Bhägavatam meramalkan masa depan.” Siapa yang dapat mengetahui jika orang akan tertarik untuk memelihara
rambut panjang? Namun itu disebutkan dalam Bhägavatam: keça-dhäraëam. Keça berarti “rambut panjang” dan dhäraëam berarti “memelihara”. Gejala lainnya adalah düre väry-ayanaà tértham: orang-orang akan berpikir bahwa tempat
tirtha-yatra haruslah jauh. Setiap agama memiliki tértha. Mereka juga berpikir mereka harus
melakukan perjalanan jauh untuk mendapatkan tértha. Tetapi
sesungguhnya, térthé-kurvanti
térthäni:
a tértha: sebuah tértha
adalah tempat dimana terdapat seorang yang suci. Itulah tértha, bukanlah pergi sejauh sepuluh ribu mil dan kemudian hanya masuk
kedalam air atau mendapatkan air dan kemudian kembali.
Gejala lainnya adalah:
udaraà -bharatä svärthaù
satyatve dhärñöyam eva hi
däkñyaà kuöumba-bharaëaÃ
yaço-'rthe dharma-sevanam
“Tujuan hidup nantinya hanyalah
untuk mengisi perut semata, dan keberanian menjadi setara
dengan kebenaran. Jika
seseorang dapat memelihara anggota keluarganya dia akan dihargai sebagai orang yang sangat ahli, dan kesalehan seseorang akan menjadi ukuran reputasi
seseorang untuk mendapatkan hal-hal material.” [Çrémad-Bhägavatam 12.2.6], jika entah bagaimana seseorang
dapat makan dengan mewah, maka dia berpikir seluruh
keinginannya sudah terpenuhi. Orang-orang akan menjadi sangat lapar,
tanpa apapun untuk dimakan, dan karena itu jika mereka dapat makan
dengan mewah untuk satu hari, itu akan menjadi pemuasan bagi
seluruh keinginan mereka. Gejala
lainnya däkñyaÃ
kuöumba-bharaëam: seseorang akan dianggap sangat ahli
apabila dia dapat memelihara
keluarganya – istri dan anak-anaknya. Dengan kata lain, memelihara keluarga akan menjadi sangat sulit. Dan pada kenyataannya, ini
sudah menjadi sangat sulit. Untuk memelihara istri dan dua anak sekarang adalah
beban yang berat.
Sloka yang berikutnya menguraikan apa yang akan terjadi ketika semua orang telah dipengaruhi oleh
racun dari Kali-yuga.
evaà prajäbhir duñöäbhir
äkérëe kñiti-maëòale
brahma-viö-kñatra-çüdräëäÃ
yo balé bhavitä nåpaù
Tidak masalah apakah dia seorang brähmaëa
atau kñatriya atau kñatriya
atau seorang çüdra ataukah seorang caëòäla[pemakan anjing]. Jika seseorang
berkekuatan untuk mendapatkan suara, dia akan mendapatkan posisi
sebagai pemimpin, presiden atau raja. Dalam sistem dimasa lalu
hanya kñatriya yang bisa mendapatkan tahta kerajaan, bukanlah seorang brähmaëa, vaiçya, atau çüdra. Tetapi, sekarang di Kali-yuga tidak ada yang namanya kñatriya atau brähmaëa. Sekarang kita memiliki demokrasi. Siapapun yang bisa mendapatkan suara
dengan cara apapun bisa mendapat-kan
posisi sebagai pemimpin. Dia mung-kin saja bajingan nomor
satu, tetapi dia akan diberikan kekuasaan
tertinggi. Bhägavatam
menguraikan pemimpin jenis ini dalam sloka berikutnya:
prajä hi lubdhai räjanyair
nirghåëair dasyu-dharmabhiù
äcchinna-dära-draviëä
yäsyanti giri-känanam
“Para penduduk akan menjadi sangat tertindas
oleh perampok yang tidak mengenal ampun yang menyamar sebagai
pemerintah sehingga mereka meninggalkan suami atau istri dan kekayaan mereka dan kemudian mengungsi ke gunung-gunung dan hutan-hutan” [Çrémad-Bhägavatam 12.2.8] jadi, orang-orang yang berada dalam pemerintahan
berdasarkan pemungutan suara kebanyakan adalah lubdhai räjanyaiù, orang-orang pemerintahan yang serakah. Nirghåëair dasyu, urusan mereka adalah menjarah masyarakat. Secara perlahan semua orang akan merasa sangat terganggu
sehingga äcchinna-dära-draviëäù:
mereka akan ingin meninggal-kan
kehidupan ber-keluarga mereka (istri dan uang mereka) dan pergi menuju kehutan dan ini juga telah kita lihat.
Jadi, kaler
doña-nidhe räjan: dosa pada jaman ini
bagaikan lautan. Jika anda di biarkan di lautan Pasifik, anda tidak akan tahu bagaimana cara untuk menyelamatkan hidup
anda. Bahkan jika anda seorang perenang yang sangat ahli, tidak akan mungkin bagimu untuk
menyeberangi lautan Pasifik. Begitu juga Kali-yuga di uraikan dalam Bhägavatam sebagai lautan dosa. Jaman Kali dijangkiti oleh banyak
penyakit sehingga tampak tidak ada jalan keluar. Tetapi ada sebuah obat: kértanäd eva kåñëasya mukta-saìgaù paraà vrajet [SB 12.3.51]. Bhägavatam menjelaskan jika anda mengucapkan nama Kåñëa anda akan dilepaskan dari berbagai macam penyakit
Kali-yuga ini.
Keagungan
Dari Bab Kedua Bhagavad-gita
Sri
Vishnu mengatakan,
“Lakshmi yang kusayangi, engkau telah
mendengar dariKu keagungan
dari bab pertama
Bhagavad-gita.
Sekarang dengarkanlah dengan penuh perhatian, Aku
akan menceritakan kepadamu
keagungan
dari bab kedua.
Suatu saat di selatan kota
Pandharpur, brahmana yang sangat terpelajar bernama
Devashyama tinggal. Dia mampu melaksanakan agni hotra(korban suci api) apapun. Dia juga menyadari pentingnya
menerima tamu. Dan karena perbuatannya dia telah memuaskan seluruh
dewa. Namun dia tidak bahagia dan tenteram dalam hati dan pikirannya. Dia berkeinginan untuk
memperoleh pengetahuan tentang hubungan antara sang roh dan roh yang utama, Paramatma, dan selama ini dia telah mengundang banyak yogi dan tapasvi, dan melakukan berbagai macam
pelayanan kepada mereka dan bertanya kepada mereka
tentang kebenaran mutlak. Seperti inilah dia melewati tahun-tahun kehidupannya.
Suatu hari, ketika dia berjalan, dia melihat seorang yogi di hadapannya, duduk bersila
dengan mata yang memandang ujung hidungnya
dengan mantap, betul-betul khusuk dalam meditasinya. Devashyama dapat melihat
bahwa yogi ini sangat tenang, dan tanpa hasrat keinginan material. Devashyama, dengan rasa hormat yang besar, bersujud pada kaki yogi itu, dan bertanya darinya,
bagaimana dia dapat mencapai kedamaian
dalam pikirannya. Pada saat itu, yogi itu, yang memiliki pengetahuan yang lengkap tentang
Personalitas Tuhan Yang Maha Kuasa, Sri Krishna, menganjurkan Devashyama
untuk pergi menuju desa Sowpur dan menemui seorang yang bernama Mitravan; yang pekerjaannya
mengembalakan kambing; dan mem-peroleh ajaran
mengenai pengetahuan tentang kesadaran Tuhan darinya. Setelah mendengar
semuanya, Devashyama mempersembah rasa hormatnya di kaki yogi itu lagi dan lagi, kemudian dia segera pergi menuju
Sowpur. Ketika tiba disana dia melihat pada bagian utara,
sebuah hutan indah yang dikatakan sebagai tempat
tinggal Mitravan. Ketika dia memasuki tempat itu, dia melihat pada tepian
sungai kecil, Mitrawan duduk diatas sebuah batu.
Mitravan tampak sangat menawan dan sangat damai. Di hutan itu angin bertiup dengan
lembutnya dan aroma yang harum tercium dari setiap penjuru.
Kambing-kambing dengan tenangnya bergerak kesana-kemari, sama sekali tanpa rasa takut. Beberapa terlihat
sedang duduk bersebelahan dengan harimau dan binatang buas lainnya juga tampak sangat jinak. Ketika Devashyama melihat pemandangan ini, pikirannya
menjadi sangat damai, dan segala hormat dia mendekati Mitravan dan duduk dekat dengannya,
Mitravan tampak sangat khusuk dalam meditasinya. Setelah beberapa lama, Devashyama bertanya
darinya, bagaimana dia dapat mencapai bhakti kepada Sri Krishna. Ketika Mitravan
mendengar pertanyaan ini, selama beberapa saat dia terdiam, berpikir
dalam-dalam. Kemudian dia menjawab, “Devashyama yang terpelajar dan kuhormati, dahulu, saya
sedang berada didalam hutan sedang menjaga kambing, saat harimau yang sangat ganas datang
menyerang. Pada saat itu semua kambing berlarian
kesana-kemari untuk menyelamatkan diri mereka. Saya juga berlari karena takut
kepada harimau itu. Dari kejauhan saya melihat ke belakang dan melihat harimau itu menangkap salah satu
kambingku. Pada saat itu suatu hal yang aneh dan ajaib terjadi. Harimau itu kehilangan semua amarah dan keinginannya untuk memakan
kambingku. Kemudian, kambing itu bertanya kepada harimau itu, “Kamu telah mendapatkan
makananmu, jadi mengapa kamu tidak memakan daging dari badanku ini? Kamu
seharusnya membunuhku, dan dengan senangnya memakan
dagingku. Mengapa kamu ragu-ragu?”
Harimau itu berkata,”Kambing yang terhormat, karena saya
telah datang ke tempat ini, seluruh amarahku
telah meninggalkanku dan saya tidak lapar dan haus lagi”. Kambing itu berkata, “Saya juga tidak tahu mengapa saya
merasa tidak takut dan damai. Apakah sebab dari semua ini? Jika kamu
tahu, katakanlah kepadaku.”
Harimau itu menjawab, “Aku juga tidak mengetahuinya, mari kita bertanya kepada orang itu.” Ketika saya melihat
perubahan ini terjadi diantara harimau dan kambing itu, saya menjadi sangat
heran. Pada saat itu mereka berdua mendekatiku dan bertanya sebab dari semua ini. Saya melihat
eekor monyet duduk pada dahan sebuah pohon didekatku. Saya berjalan bersama
kedua binatang itu dan bertanya kepada raja kera itu. Kera itu menjawab dengan penuh rasa hormat.
“Dengarkanlah
saya akan mengatakan kepadamu cerita
yang sangat tua ini. Di hutan itu, yang ada didepan kalian, terdapat
kuil yang sangat besar didalamnya
Dewa Brahma menstanakan
Shivalingga. Dahulu kala, seorang rsi yang sangat terpelajar bernama
Sukama, yang telah banyak melakukan
pertapaan, tinggal disini. Setiap hari dia akan membawa bunga dari hutan dan air dari sungai, dan memuja Dewa Shiva.
Dengan cara ini dia hidup selama beberapa
tahun, ketika suatu hari seorang rsi datang. Pada saat itu, Sukama membawa buah-buahan
dan air dan menjamu rsi itu. Setelah rsi itu selesai makan dan beristirahat, Sukama
berkata kepadanya, “Oh rsi yang terpelajar, hanya karena
untuk mendapatkan pengetahuan tentang Tuhan Sri Krishna hamba tinggal disini, melakukan pertapaan dan pemujaan. Tapi hasil dari pertapaanku telah
kuterima sekarang dengan bertemu denganmu.”
Ketika rsi itu mendengar kata-kata dari Sukama, yang penuh dengan ketundukan
hati, dia menjadi sangat senang. Dan dia menuliskan pada sebuah
batu Bab Kedua dari Srimad Bhagavad-gita. Dia kemudian meminta Sukama
untuk membaca sloka-sloka itu setiap hari. “Dengan
begitu, engkau akan segera memcapai
tujuanmu.” Setelah berkata demikian, rsi itu menghilang dari tempat itu selagi Sukama memandangnya.
Setelah itu, untuk mengikuti instruksi
dari rsi itu, Sukama membaca
sloka-sloka itu setiap hari selama masa hidupnya. Dengan cepat dia mendapatkan pengetahuan yang lengkap tentang Sri Krishna. Dan sejak dia mulai melafalkan
sloka-sloka itu, dia tidak lagi merasa lapar dan haus.
Dan karena pertapan dan bhaktinya, di tempat ini, siapapun yang berkunjung ketempat ini
tidak akan merasakan derita karena
lapar dan haus, dan dengan segera mendapatkan
kedamaian.
Mitravan berkata, “Devashyama yang terhormat, setelah kera itu selesai menceritakan cerita
yang menakjubkan itu, Aku bersama harimau dan kambing itu pergi menuju kuil itu. Disana kami menemukan Bab Kedua
Srimad Bhagavad-gita tertulis pada sebongkah batu. Dan saya mulai melafalkan
sloka-sloka itu setiap hari. Dengan cara ini, kami dengan cepat dapat
mencapai rasa bhakti kepada Tuhan Sri Krishna. Brahmana yang terhormat, jika anda juga mulai membaca sloka dari Bab kedua Srimad
Bhagavad-gita, anda bisa dengan cepat mendapatkan karunia Sri Krishna.
Sri Vishnu berkata, “Lakshmi yang kusayangi, dengan cara ini Devashyama mendapatkan
penge-tahuan dari Mitravan dan setelah memberikan
hormatnya kepada roh yang agung itu, dia kembali ke Pandharpur dan setiap hari melafalkan Bab
kedua itu. Dan siapapun yang mengunjungi Pandharpur,
Deva-shyama akan pertama kali mengu-capkan Bab kedua
Srimad Bhagavad-gita dihadapannya. Dengan cara inilah Devashyama
mencapai kaki padma Tuhan Sri Krishna.”
MahaVidya
Layanan gratis
setiap purnama-tilem oleh:
Sri Sri
RadheSyam Bandung
Pesona
Alam Jln.Permana Atas (1,2km) Cimahi
Phone
: (022) 61302613
Website:
www.iskconbdg.blogspot.com
Bagi
yang tertarik pada pengetahuan ini, dipersilakan
menghubungi alamat diatas. Tersedia buku, kaset, CD/VCD kerohanian.