Selasa, 11 Desember 2012

Kali Yuga Maha Matra, Gayatri Mantra Kah??


KALI YUGA MAHA MANTRA
(Mantra Pembebasan di Zaman Kekalutan)




Hare Krsna Hare Krsna Krsna Krsna Hare Hare
Hare Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare

Sampradaya Kesadaran Krishna Indonesia (SAKKHI)
Indonesian Sampradaya  for Krishna Consciousness (ISKCON)

Yajna yang paling efektif di zaman Kali.
krte yad dhayato visnum
tretayam yajato makhaih
dvapare paricaryayam
kalau tad hari kirtanat
“Hasil apa pun yang diperoleh  dari meditasi kepada Sri Wisnu di zaman Satya,  persembahan korban suci di zaman Treta, melayani kaki padma Tuhan melalui pemujaan kepada arca vigraha Beliau di zaman Dwapara,  dapat juga diperoleh pada zaman ini dengan cara mengucapkan nama suci Sri Hari (Maha Mantra Hare Krsna).” (Bhagawata Purana 12.3.52)

Ciri-ciri Kaliyuga.
prayenalpayusah sabhya kalav asmin yuge janah mandah sumandah-matayo manda-bhagya hy upadruta
“O resi terpelajar, pada zaman besi/zaman Kali, manusia berusia pendek, suka bertengkar, malas, salah bimbing, kurang beruntung, dan terutama sekali mereka selalu terganggu.” (Bhagavata Purana 1.1.10)

Maha Mantra Hare Krsna tersebut antara lain terdapat dalam Kalisantarana Upanisad, bagian dari Yajur Veda, yang  uraiannya sebagai berikut :

Hari om.
Di penghujung-akhir Dvaparayuga, Maha Resi Narada menghadap Dewa Brahma  seraya bertanya, “Wahai Bhagavan, guru hamba yang mulia,  setelah berkeliling dunia, begitu banyak hamba jumpai penderitaan yang sangat mengenaskan, mohon Anda berkenan memberikan jalan-keluar agar para mahluk hidup dapat melepaskan diri dari pengaruh buruk Kaliyuga
Kemudian dewa Brahma menjawab;
”Pertanyaanmu sangat tepat, hakekat rohani yang sangat dalam dan rahasia dari Sruti Sastra  (Rg Weda, Yajur Weda, Sama Weda, Atharva Weda, dan lain-lain) mampu menyeberangi  samudra kesengsaraan zaman Kali yang berupa kelahiran dan kematian yang terjadi  berulang kali. Camkan hal ini dengan baik.  Karena hanya dengan mengucapkan nama suci Sri Krsna sajalah, segala pengaruh buruk zaman Kali dapat dihancurkan.”
Maha Resi Narada kembali bertanya: “Nama Suci Sri  Krsna yang manakah yang Anda maksud?”
Selanjutnya Dewa Brahma menjawab:
Hare Krsna Hare Krsna Krsna Krsna Hare Hare Hare, Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare.
Iti sadosakam namnam kali-kalmasa nasanam natah parataropayah
sarva vedesu drsyate.

“O Sakti Tuhan, O Tuhan, mohon beri hamba kesempatan untuk berbhakti kepada  kaki padma Anda. Enambelas kata dalam  Maha Mantra Hare Krsna secara khusus dimaksudkan untuk menghancurkan segala dosa  di zaman Kali. Untuk  menyelamatkan diri dari ketercemaran Kaliyuga tidak ada pilihan lain kecuali hanya dengan  mengucapkan Maha Mantra Hare Krsna. Penelitian saksama atas   seluruh kesusastraan Weda (sarva vedesu drsyate),  di zaman ini, tidak ditemukan  adanya metode keagamaan yang semulia mengucapkan Maha Mantra Hare Krsna.
Kembali Maha Resi Narada bertanya; “Guru yang mulia, bagaimana ketentuan dan peraturan  dalam mengucapkan nama suci Tuhan Yang Maha Esa ini ?”
Dewa Brahma menjawab:  “Tidak ada aturan-peraturan (yang khusus) dalam mengucapkan nama suci Tuhan Yang Maha Esa ini. Setiap saat, apakah seseorang dalam keadaan suci maupun tidak suci, dia dapat mengucapkan mantra ini. Dengan mengucapkan Maha Mantra ini, orang akan mampu mencapai moksa atau terbebas dari kelahiran dan kematian.

Jika seseorang berjapa atau mengucapkan nama suci Tuhan Yang Maha Esa ini sebanyak tiga setengah koti (35.000.000), maka dia akan dibebaskan dari dosa-dosa akibat membunuh brahmana, dosa akibat membunuh perwira, dosa akibat mencuri emas. Dia juga akan dibebaskan dari dosa-dosa akibat kesalahan atau penghinaan  kepada leluhur, para Dewa, Tuhan dan kesalahan terhadap manusia atau orang lain. Dia akan dibebaskan dengan segera dari dosa-dosa akibat meninggalkan segala dharma atau kewajiban-kewajiban suci yang telah ditetapkan. Dia segara disucikan.
Demikianlah Upanisad ini. Harih Om Tat Sat.


Beberapa sumber lain tentang keagungan Nama Suci Sri Krishna :

Brhan Naradiya purana 38.126
harer nama harer nama
harer nama iva kevalam
kalau nasty eva nasty eva
nastyeva gatir anyataha
“Pada zaman Kali, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain untuk mencapai kemajuan spiritual kecuali hanya dengan mengucapkan nama suci Sri Hari, nama suci Sri Hari, nama suci Sri Hari  (Maha Mantra Hare Krsna).

Bhagawata Purana  6.3.31:
tasmat sankirtanam visnor
jayan mangalam amhasam
mahatam api kauravya
viddy aikantika niskritam
Sukadeva Gosvami menyampaikan lebih jauh, “Baginda raja yang saya hormati, cara mengucapkan nama suci Tuhan dapat  mencabut  bahkan reaksi  dosa terbesar sekalipun. Karena itu kegiatan Sankirtanam (pengucapan Maha Mantra Hare Krsna secara beramai-ramai) adalah kegiatan  yang paling mensejahterakan di seluruh alam semesta. Pahamilah hal  ini agar orang lain menerimanya dengan sungguh-sungguh.”

Bhagawata Purana 12.3.51:
kaler dosa nidhe rajan
asty eko mahan gunah
kirtanad eva krsnasya
muktah- sanga param vrajet

“Walaupun Kaliyuga lautan dosa, namun masih ada satu sifat baiknya, yaitu hanya dengan mengucapkan Maha Mantra Hare Krsna seseorang dapat dibebaskan dari ikatan duniawi dan mencapai  dunia rohani (kerajaan Tuhan yang kekal).”

Caitanya Caritamrta, Antya 20.8
harse prabhu kahena,-suna
svarupa-rama-raya

nama-sankirtana-

kalau parama upaya

“Ketahuilah dariKu (Caitanya Mahaprabhu) bahwa mengucapkan nama suci Tuhan adalah cara yang mudah untuk mencapai pembebasan di zaman Kali  (zaman kekalutan).”

Bhagawata Purana 11.5.36 :
kalim sabhajayanty arya
guna-jnah sara-bhaginah

yatra sankirtanenaiva

sarva-svartho bhilabhyate

“Mereka yang dengan sungguh-sungguh berpengetahuan mampu mengaprisiasi makna khusus dari zaman Kali. Orang yang telah mencapai pengetahuan demikian memuja Kali-yuga, karena di zaman yang sangat merosot ini segala kesempurnaan hidup dapat dicapai dengan mudah melalui  sankirtana.”

Para bhakta di dalam Masyarakat Kesadaran Krishna, dalam kesehariannya diwajibkan mengucapkan mahamantra secara teratur dan berkelanjutan dengan mempergunakan japa-mala (manik-japa) yang terbuat dari  kayu Tulasi. Apabila Maha Mantra tersebut dikumandangkan secara bersama-bersama  apakah dengan atau tanpa diiringi alat-alat musik maka cara bhakti demikian dinamakan Kirtanam.**





Kali Yuga Maha Matra, Gayatri Mantra Kah??


KALI YUGA MAHA MANTRA
(Mantra Pembebasan di Zaman Kekalutan)




Hare Krsna Hare Krsna Krsna Krsna Hare Hare
Hare Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare

Sampradaya Kesadaran Krishna Indonesia (SAKKHI)
Indonesian Sampradaya  for Krishna Consciousness (ISKCON)

Yajna yang paling efektif di zaman Kali.
krte yad dhayato visnum
tretayam yajato makhaih
dvapare paricaryayam
kalau tad hari kirtanat
“Hasil apa pun yang diperoleh  dari meditasi kepada Sri Wisnu di zaman Satya,  persembahan korban suci di zaman Treta, melayani kaki padma Tuhan melalui pemujaan kepada arca vigraha Beliau di zaman Dwapara,  dapat juga diperoleh pada zaman ini dengan cara mengucapkan nama suci Sri Hari (Maha Mantra Hare Krsna).” (Bhagawata Purana 12.3.52)

Ciri-ciri Kaliyuga.
prayenalpayusah sabhya kalav asmin yuge janah mandah sumandah-matayo manda-bhagya hy upadruta
“O resi terpelajar, pada zaman besi/zaman Kali, manusia berusia pendek, suka bertengkar, malas, salah bimbing, kurang beruntung, dan terutama sekali mereka selalu terganggu.” (Bhagavata Purana 1.1.10)

Maha Mantra Hare Krsna tersebut antara lain terdapat dalam Kalisantarana Upanisad, bagian dari Yajur Veda, yang  uraiannya sebagai berikut :

Hari om.
Di penghujung-akhir Dvaparayuga, Maha Resi Narada menghadap Dewa Brahma  seraya bertanya, “Wahai Bhagavan, guru hamba yang mulia,  setelah berkeliling dunia, begitu banyak hamba jumpai penderitaan yang sangat mengenaskan, mohon Anda berkenan memberikan jalan-keluar agar para mahluk hidup dapat melepaskan diri dari pengaruh buruk Kaliyuga
Kemudian dewa Brahma menjawab;
”Pertanyaanmu sangat tepat, hakekat rohani yang sangat dalam dan rahasia dari Sruti Sastra  (Rg Weda, Yajur Weda, Sama Weda, Atharva Weda, dan lain-lain) mampu menyeberangi  samudra kesengsaraan zaman Kali yang berupa kelahiran dan kematian yang terjadi  berulang kali. Camkan hal ini dengan baik.  Karena hanya dengan mengucapkan nama suci Sri Krsna sajalah, segala pengaruh buruk zaman Kali dapat dihancurkan.”
Maha Resi Narada kembali bertanya: “Nama Suci Sri  Krsna yang manakah yang Anda maksud?”
Selanjutnya Dewa Brahma menjawab:
Hare Krsna Hare Krsna Krsna Krsna Hare Hare Hare, Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare.
Iti sadosakam namnam kali-kalmasa nasanam natah parataropayah
sarva vedesu drsyate.

“O Sakti Tuhan, O Tuhan, mohon beri hamba kesempatan untuk berbhakti kepada  kaki padma Anda. Enambelas kata dalam  Maha Mantra Hare Krsna secara khusus dimaksudkan untuk menghancurkan segala dosa  di zaman Kali. Untuk  menyelamatkan diri dari ketercemaran Kaliyuga tidak ada pilihan lain kecuali hanya dengan  mengucapkan Maha Mantra Hare Krsna. Penelitian saksama atas   seluruh kesusastraan Weda (sarva vedesu drsyate),  di zaman ini, tidak ditemukan  adanya metode keagamaan yang semulia mengucapkan Maha Mantra Hare Krsna.
Kembali Maha Resi Narada bertanya; “Guru yang mulia, bagaimana ketentuan dan peraturan  dalam mengucapkan nama suci Tuhan Yang Maha Esa ini ?”
Dewa Brahma menjawab:  “Tidak ada aturan-peraturan (yang khusus) dalam mengucapkan nama suci Tuhan Yang Maha Esa ini. Setiap saat, apakah seseorang dalam keadaan suci maupun tidak suci, dia dapat mengucapkan mantra ini. Dengan mengucapkan Maha Mantra ini, orang akan mampu mencapai moksa atau terbebas dari kelahiran dan kematian.

Jika seseorang berjapa atau mengucapkan nama suci Tuhan Yang Maha Esa ini sebanyak tiga setengah koti (35.000.000), maka dia akan dibebaskan dari dosa-dosa akibat membunuh brahmana, dosa akibat membunuh perwira, dosa akibat mencuri emas. Dia juga akan dibebaskan dari dosa-dosa akibat kesalahan atau penghinaan  kepada leluhur, para Dewa, Tuhan dan kesalahan terhadap manusia atau orang lain. Dia akan dibebaskan dengan segera dari dosa-dosa akibat meninggalkan segala dharma atau kewajiban-kewajiban suci yang telah ditetapkan. Dia segara disucikan.
Demikianlah Upanisad ini. Harih Om Tat Sat.


Beberapa sumber lain tentang keagungan Nama Suci Sri Krishna :

Brhan Naradiya purana 38.126
harer nama harer nama
harer nama iva kevalam
kalau nasty eva nasty eva
nastyeva gatir anyataha
“Pada zaman Kali, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain, tidak ada cara lain untuk mencapai kemajuan spiritual kecuali hanya dengan mengucapkan nama suci Sri Hari, nama suci Sri Hari, nama suci Sri Hari  (Maha Mantra Hare Krsna).

Bhagawata Purana  6.3.31:
tasmat sankirtanam visnor
jayan mangalam amhasam
mahatam api kauravya
viddy aikantika niskritam
Sukadeva Gosvami menyampaikan lebih jauh, “Baginda raja yang saya hormati, cara mengucapkan nama suci Tuhan dapat  mencabut  bahkan reaksi  dosa terbesar sekalipun. Karena itu kegiatan Sankirtanam (pengucapan Maha Mantra Hare Krsna secara beramai-ramai) adalah kegiatan  yang paling mensejahterakan di seluruh alam semesta. Pahamilah hal  ini agar orang lain menerimanya dengan sungguh-sungguh.”

Bhagawata Purana 12.3.51:
kaler dosa nidhe rajan
asty eko mahan gunah
kirtanad eva krsnasya
muktah- sanga param vrajet

“Walaupun Kaliyuga lautan dosa, namun masih ada satu sifat baiknya, yaitu hanya dengan mengucapkan Maha Mantra Hare Krsna seseorang dapat dibebaskan dari ikatan duniawi dan mencapai  dunia rohani (kerajaan Tuhan yang kekal).”

Caitanya Caritamrta, Antya 20.8
harse prabhu kahena,-suna
svarupa-rama-raya

nama-sankirtana-

kalau parama upaya

“Ketahuilah dariKu (Caitanya Mahaprabhu) bahwa mengucapkan nama suci Tuhan adalah cara yang mudah untuk mencapai pembebasan di zaman Kali  (zaman kekalutan).”

Bhagawata Purana 11.5.36 :
kalim sabhajayanty arya
guna-jnah sara-bhaginah

yatra sankirtanenaiva

sarva-svartho bhilabhyate

“Mereka yang dengan sungguh-sungguh berpengetahuan mampu mengaprisiasi makna khusus dari zaman Kali. Orang yang telah mencapai pengetahuan demikian memuja Kali-yuga, karena di zaman yang sangat merosot ini segala kesempurnaan hidup dapat dicapai dengan mudah melalui  sankirtana.”

Para bhakta di dalam Masyarakat Kesadaran Krishna, dalam kesehariannya diwajibkan mengucapkan mahamantra secara teratur dan berkelanjutan dengan mempergunakan japa-mala (manik-japa) yang terbuat dari  kayu Tulasi. Apabila Maha Mantra tersebut dikumandangkan secara bersama-bersama  apakah dengan atau tanpa diiringi alat-alat musik maka cara bhakti demikian dinamakan Kirtanam.**





Tentang Hare Krishna, Hare Krishna Itu Apa Sih??

              SELAYANG PANDANG  TENTANG 


    HARE KRISHNA
           (KESADARAN  KRISHNA)


  

Ajaran Rohani yang Kekal dan Universal dari
Bhagavad gita dan Sastra Weda lainnya




Sampradaya Kesadaran Krishna Indonesia (SAKKHI)
International Society for Krishna Consciousness (ISKCON)




Apakah  Hare Krishna itu ?
Hare Khrisna adalah nama yang dikenal luas singkatan dari  International Society for Krishna Consciousness (ISKCON) atau Masyarakat Kesadaran Krishna Internasional. ISKCON adalah Visva Vaisnava Sabha yaitu sebuah masyarakat Vaisnava yang didirikan pada zaman peradaban Weda di India. Masyarakat ini sepenuhnya menganut filosofis dan ajaran Weda dari garis perguruan(Parampara) Brahma-Madhva-Gaudiya Sampradaya yaitu  salah satu dari 4 sistem rangkaian garis perguruan Weda  sebagaimana dijelaskan di dalam kitab Padma Purana. Secara Internasional, ISKCON didirikan pada tahun 1966 di Amerika Serikat oleh Beliau Yang Mahaberkarunia A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada. Beliau adalah salah seorang Acarya/guru kerohanian,  sadhu-vaisnava  dan sanyasin dalam garis perguruan  Brahma-Madva-Gaudiya Sampradaya tersebut.

Dari Mana Sumber Ajaran Kerohanian tersebut ?

Bhagavad-gita disebut juga Pancama Weda yaitu sebuah kopendium Weda yang merupakan ajaran Ketuhanan dan tuntunan hidup yang paling efektif khususnya pada zaman Kali. Bahgavadgita adalah percakapan suci antara Arjuna dengan Persona Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna, yang disampaikan sekitar 5.100 tahun yang lampau atau 3100 tahun sebelum zaman Kristus,  atau 3700 tahun sebelum kemunculan Nabi Muhammad. Berdasarkan data-data ilmiah dan fakta-fakta arkeologi, transformasi ajaran Weda (Bhagavad-gita) tersebut memang benar-benar pernah terjadi, jadi bukan mitos. Karena bersumber dari Yang Mutlak maka Weda adalah pengetahuan yang bersifat mutlak, kekal dan universal (Sanatana Dharma). Pengetahuan tersebut diturunkan melalui guru-parampara, rangkaian  garis perguruan weda. Para acarya di  dalam rangkaian garis perguruan tersebut adalah para guru-kerohanian yang telah memenuhi kwalifikasi. Pada awalnya, pengetahuan ini diajarkan kepada Dewa Brahma, selanjutnya Brahmaji mengajarkannya kepada Maharsi Narada, kemudian  kepada Srila Vyasadeva, hingga akhirnya sampai kepada A.C. Bhaktivedanta Swami Pabhupada (Srila Prabhupada). Kini para guru kerohanian penerus Srila Prabhupada telah tersebar di berbagai belahan dunia, dari berbagai etnis dan latar-belakang/profesi (termasuk kalangan ilmuawan Barat  beberapa di antaranya   bahkan telah mencapai sanyasin). Ajaran tersebut kini populer dengan nama Hare Krishna atau Kesadaran Krishna yang maknanya adalah Kesadaran akan Persona Tertinggi Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krishna.  Di Indonesia garis perguruan ini mulai berkembang sejak tahun 1980-an, khususnya setelah reformasi  pengikut ajaran ini berkembang,  dan mulai diterima oleh masyarakat. Di Indonesia organisasi ini disebut Sampradaya Kesadaran Krishna Indonesia yang berpusat di Denpasar, dibawah naungan Parisada Hindu Darma, dan telah terdaftar di Departemen Dalam Negeri.
Apakah Hare Krishna itu Hindu ?
Kata Hindu tidak dijumpai dalam Weda, karena pada waktu itu belum  berkembang  filsafat Ketuhanan selain Weda. Istilah Hindu pada awalnya digunakan oleh orang-orang Persia yang merujuk  kepada penduduk yang tinggal di lembah  sungai Shindu yang menganut ajaran Weda. Hingga pada akhirnya masyarakat-weda yang tinggal di sekitar sungai tersebut disebut orang Hindu. Jadi Hare Krishna adalah  Hinduism  dari paham Vaisnava.

Apa Saja Ajarannya ?
Sidhanta-veda mengajarkan agar tercapainya pembebasan (bebas dari siklus kelahiran dan kematian), moksa, Sebagaimana esensi Weda yang diuraikan di dalam sinopsis Bhagavad-gita  sebagai berikut :
1.        Ajaran Tentang Sang Roh.
Diri kita bukan badan, tetapi adalah roh yang abadi (aham brahma asmi), yaitu percikan kekal dari  Persona Tertinggi Tuhan  Yang Maha Esa, Sri Krishna. Pada dasarnya diri kita bersifat rohani (Brahman), namun kini sifat sejati tersebut masih  sedang tertutupi..
2.        Ajaran Tentang Karma dan Reinkarnasi.
Kekeliruan mengembangkan kemerdekaan yang Tuhan berikan kepada kita membuat hubungan kita dengan Tuhan menjadi terganggu atau “terputus.” Kita jatuh kedunia material yang diliputi oleh triguna, dunia yang bersifat sementara. Cengkraman triguna menyebabkan keterikatan, dan  keterikatan menciptakan reaksi atau karma. Karma mengakibatkan siklus kelahiran dan kematian terus berlangsung, samsara-punarbhava (reinkarnasi).
Bhagavad-gita mengajarkan bahwa sang roh yang masih diliputi oleh tri-guna terus menerus berpindah dari satu badan ke badan lainnya sesuai dengan tingkat kesadaran dan karmanya.


3.        Ajaran Tentang Isvara.
Arjuna dan para resi- agung menyatakan di dalam Gita bahwa Sri Krishna adalah Persona Tertinggi Tuhan Yang Maha Esa, kepribadian yang utama (purusottama), yang bersifat kekal, tak terlahirkan, mahamengetahui (Omnisciense), berada dimana-mana, mahakuasa, penyebab segala sebab (sarva karanam) dan keperibadian paling menarik. Dewa Brahma, dalam pujian beliau kepada Sri Krishna(Brahma-samhita), menyatakan; ‘isvarah paramah krsnah, sat cit ananda vigraha.’ Pengendali Tertinggi adalah Sri Krishna, Beliau bersifat kekal, penuh pengetahuan dan penuh kebahagiaan.
4.        Filsafat Tentang Prakrti (Alam material).
        Sri Krishna menyatakan bahwa Beliau adalah  sumber dari segala perwujudan dan peleburan, baik didunia material maupun didunia rohani.
5.        Ajaran Bhakti-yoga.
Hubungan yang murni dengan Sri Krishna dapat dibangkitkan kembali melalui sadana-bhakti, yaitu melalui pelaksanaan pelayanan cinta-bhakti rohani, yang sepenuhnya  bebas dari  segala pamrih.
6.        Ajaran Tentang Guru Kerohanian.
Weda adalah kebenaran mutlak, ilmu pengetahuan rohani, yang untuk memahaminya mutlak diperlukan peran seorang guru kerohanian yang bona fide.  Guru yang berkwalifikasi dan memiliki otoritas atau guru yang berada di dalam  rangkaian garis perguruan rohani (parampara). Guru kerohanian akan membimbing kita guna menyadari diri kita yang sejati  yang   bersifat kekal, penuh pengetahuan dan  penuh kebahagiaan, sebagaimana  sifat Tuhan Yang Maha Esa meski dalam sekala kecil.
Apa saja Kegiatan  para bhakta/penyembah Krishna  ?
Ada empat kegiatan pokok para bhakta/penyembah :
1.        Membaca/mendengarkan ajaran Weda
        (kirtanam/ sravanam)
Membaca atau mendengarkan ajaran Weda dapat mengembangkan dan membentuk sikap mental kita  agar dapat memiliki sradha yang kuat  di dalam menempuh kehidupan spiritual. Seloka-seloka Bhagavad-gita, Srimad Bhagavata-purana dan kitab-kitab Weda lainnya akan memberi tuntunan serta jawaban yang logis atas segala permasalahan kehidupan di zaman Kali ini. Para penyembah Sri Krishna setiap hari berkewajiban membaca atau mendengarkan lantunan seloka-seloka  suci tersebut.
2.        Berjapa  (kirtanam, sravanan  dan smaranam)
Para penyembah Krishna melantunkan maha mantra  
Hare Krishna :
Hare Krishna, Hare Krishna, Krishna  Krishna, Hare Hare 
Hare Rama, Hare Rama, Rama Rama, Hare Hare
Mantra ini bersumber dari Kalisantarana Upanisad (dari Yajur Weda). Dinyatakan bahwa Dewa Brahma memberi jawaban atas pertanyaan Maharsi Narada tentang cara atau metoda yang tepat untuk dapat keluar,  terbebas dari pengaruh buruk  zaman Kali (zaman yang penuh kekalutan), yaitu melalui pengucapan Maha Mantra Hare Krishna. Maha Mantra tersebut dapat dilantunkan baik secara bersama-sama atau berkelompok (kirtanam),  maupun dapat diucapkan secara peribadi dengan memakai tasbih (japa mala). Berjapa dilakukan dengan menggunakan sebuah tasbih yang berisi 108 manik,  manik ini  sebaiknya   terbuat dari pohon Tulasi
1.        Pergaulan (Sadhu-sanga)
Pergaulan dengan para penyembah Sri Krishna memberi pengaruh yang luar biasa dalam  mengembangkan sadhana-bhakti. Para penyembah dianjurkan untuk senantiasa mewacanakan, membahas dan mendiskusi segala aspek  sehubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa,  Sri Krishna (Krishna katta).

2.        Disiplin.
Atas karunia dan perintah guru, bhaktapenyembah Krishna diwajibkan untuk  melaksanakan 4 prinsip dibawah ini :

a. Vegetarian.

Sastra Weda,  mengedepankan untuk tidak melakukan kekerasan (ahimsa) baik dalam berpikir, berkata maupun perbuatan. Kitab-kitab Weda juga mengajarkan bahwa Tuhan adalah Pencipta  seluruh mahluk hidup baik yang dapat bergerak maupun yang tidak dapat bergerak.  Oleh karena itu korban-suci  atas para mahluk hidup hendaknya dilandasi oleh Smrti, Sruti, Purana maupun kitab-kitab Pancaratra. Pembantaian secara membabi buta kepada binatang-binatang  yang  tripramana-nya masih belum berkembang dipandang sebagai pembunuhan  atas sanak-saudara kita.  Sementara  Tuhan merekomendasi  khususnya persembahan  yang terdiri dari daun, bunga, buah dan air yang dihaturkan dengan  cinta bhakti. Para mahluk hidup, manusia khususnya dapat menerima sisa dari persembahan tersebut sebagai  prasadam/ asrtanam (sisa persembahan). Inilah landasan  hidup vegetarian yang penuh karunia.
b. Tidak Meminum Minuman Keras
Minuman beralkohol, tembakau, kopi dan lainnya yang dapat menimbulkan ketergantungan/keterikatan, dilarang bagi penyembah Krishna. Demikian juga pemakaian obat-obatan atau makanan yang dapat menimbulkan ketagiahan. Hal ini untuk menegakkan perinsip pengendalian diri (tapasya).

c. Tidak Berjudi

Berjudi dapat merongrong nilai-nilai kejujuran. Para penyembah wajib menjauhinya.

d. Tidak Melakukan Hubungan Seks yang Tidak Sah

Hubungan seks dilakukan sesuai prinsip-prinsip sastra, dan hanya diperbolehkan bagi mereka yang telah menikah, Ini  untuk menjaga kesucian.

Selain prinsip-prinsip yang telah diuraikan di atas, para penyembah diwajibkan  untuk mengembangkan sikap tunduk hati, toleransi dan mengembangkan kepedulian kepada masyarakat sekitarnya, sehingga terjalin hubungan yang baik  harmonis dan selaras dengan lingkungannya. Menghormati dan menghargai segala norma, aturan-aturan, budaya/adat yang berlaku dilingkungannya, dengan tetap tidak mengabaikan serta mengorbankan prinsip-prinsip  dan disiplin yang telah diajarkan.

Bagi para simpatisan maupun para bhakta yang baru mulai tergugah untuk kembali menjalin bhakti ini, dimohon menghubungi  alamat-alamat pusat pengajaran dan ashrama Hare Krishna terdekat. **



His Divine Grace A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada
Pendiri - Acarya  International Society for Krishna Consciousness (ISKCON)

Informasi lebih lanjut dapat menghubungi :

Sekretariat : Pesona Alam Residen JL. Permana Atas
( 1,2 KM) Cisarua Bandung Barat
Telp: 022-61302613
e-mail : iskcon.bdg@gmail.com
(Lokanatha Acharya Das)


Minggu, 26 Agustus 2012

Sangkirtan @Cimahi

Mengakhiri bulan dengan menjual buku merupakan hal yang sangat menyenangkan, menyebarkan buku-buku Srila Prabhupada kepada insan-insan yang berusaha mencari pencerahan.

Srila Prabhupada mendirikan ISKCON untuk mempropaganda gerakan kesadaran krishna di seluruh dunia, dan gerakan kesadaran krishna ini merupakan gerakan yang dinamis sehingga setiap orang yang ikut di dalam pergerakan ini akan selalu merasakan kebahagiaan yang semakin meningkat.
Minggu ini merupakan minggu yang spesial karena master sangkirtan yang selalu mengguncang pure rawamangun jakarta datang untuk menyemangatkan personil di bandung yang terbilang cukup sedikit.

Namun atas karunia dari seluruh penyembah, gerakan kesadaran krishna ini akan dapat berkembang secera pesat. hare krishna...

jay harinama sangkirtan ki..

Libur Lebaran

Penghuni bandung merayakan libur lebaran dengan mengguncang ancol dengan maha mantra :



para penonton pun terpesona dengan maha mantra yang di alunkan dengan sangat merdu oleh tim bhajan :


mohon karunia dari seluruh penyembah agar kegiatan ini dapat terus berlangsung di bandung dan jakarta..

jay harinama sangkirtan ki...
jay srila prabhupada ki..
jay gourangga mahaprabhu ki..

Jumat, 24 Agustus 2012

Kegiatan Harinam Sangkirtan

Mengawali bulan dengan kirtan di Gasibu
                                                            (1 Agustus 2012)

Penyebaran buku @pure ujung berung, dengan penuh semangat untuk memuaskan keinginan prabhupada..

                                                               (5 Agustus 2012)

Agar gerakan kesadaran Krishna ini bersifat dinamis, lakukan harinam sangkirtan terus menerus maka prabhupad puas dan Krishnapun akan puas... harinam @pure Cimahi
                                                               (12 Agustus 2012)

Jay Harinam Sangkirtan ki....
Jay Prabhupad Books ki...
Jay Goura Nitai ki....

Maha Vidya Edisi Agustus 2012

DAFTAR ISI
1. Gejala-Gejala Kali Yuga (sumber : lecture Los Angeles, summer 1974)

2. Keagungan Dari Bab Kedua Bhagavad-gita (Gita Mahatmya)




Gejala-Gejala Kali Yuga

tataç cänudinaà dharmaù
satyaà çaucam kñamä dayä
kälena balinä räjan
naìkñyaty äyur balaà småtiù

 “Raja yang terhormat, setiap harinya agama, kejujuran, kebersihan, sifat pemaaf, kasih sayang, usia hidup, kekuatan tubuh, dan daya ingat seluruhnya akan merosot dan merosot lagi karena kekuatan yang luar biasa dari sang waktu“ [Çrémad-Bhägavatam 12.2.1]

8
 
Uraian tentang Kali-Yuga [jaman kekalutan dan kemunafikan sekarang ini] diberikan dalam Skanda Kedua belas Srimad-Bhagavatam. Çrémad-Bhägavatam ditulis lima ribu tahun yang lalu, ketika Kali-yuga baru akan mulai, dan banyak hal yang akan terjadi dimasa depan diuraikan disana. Karena itu kita menerima Çrémad-Bhägavatamsebagai sastra. Penyusun dari sastra (sastra-kara) haruslah seorang yang sudah mendapatkan pembebasan sehingga dia dapat menguraikan tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan.
Dalam Çrémad-Bhägavatamanda akan menemukan banyak hal yang merupakan ramalan. Disana disebutkan tentang kemunculan sang Buddha dan kemunculan Kalki Avatara (Kalki Avatara akan muncul pada akhir dari Kali-Yuga) disana juga disebutkan tentang kemunculan Sri Caitanya. Walaupun Bhagavatam ditulis lima ribu tahun yang lalu, penulisnya mengetahui masa lalu, masa kini, dan masa depan (tri-käla-jïa), dan karena itu dia dapat meramalkan semua kejadian ini dengan keakuratan yang sempurna.
Jadi disini Çukadeva Gosvämé menguraikan gejala-gejala utama pada jaman ini. Dia mengatakan tataç cänudinam: seiring berjalannya jaman ini [Kali-yuga], dharma, prinsip-prinsip keagamaan; satyam, kejujuran; çaucam, kebersihan; kñamä, sifat pemaaf; äyuù, usia hidup, balam, kekuatan tubuh; smÃ¥ti daya ingat – kedelapan hal ini secara perlahan-lahan merosot menuju nol atau nyaris nol.
Gejala lain dari jaman Kali yang diramalkan dalam Çrémad-Bhägavatamadalah berkurangnya daya ingat (smÃ¥ti). Kita lihat jaman sekarang ini, orang-orang tidak memiliki daya ingat yang tajam – mereka mudah lupa. Mereka mungkin mendengarkan sesuatu setiap harinya, tetapi tetap saja dia melupakannya. Begitu juga, kekuatan badan (balam) menurun. Anda dapat mengerti semua Ini, karena kalian tahu bahwa ayah dan kakekmu secara fisik lebih kuat darimu. Jadi, kekuatan tubuh merosot, daya ingat merosot, dan usia hidup merosot – dan semua ini diramalkan dalam Çrémad-Bhägavatam.
Gejala Kali-yuga yang lainnya adalah kemerosotan dalam bidang agama. Sebenarnya tidak ada pertanyaan tentang agama pada jaman ini – semuanya hampir merosot menjadi kosong. Tidak seorangpun tertarik pada agama. Gereja dan kuil ditutup, terkunci. Tempat-tempat itu menjadi tempat tinggal anjing, sehingga dharma, agama,menjadi merosot.
Kejujuran, kebersihan, dan sifat pemaaf juga merosot. Dulunya, jika seseorang melakukan suatu kesalahan, pihak yang lain akan memaafkannya. Sebagai contoh, Arjuna dibuat menderita oleh musuh-musuhnya, tetapi tetap, di medan perang Kuruksetra dia berkata, Krishna biarkan saya pergi, saya tidak ingin membunuh mereka.” Ini adalah sifat pemaaf. Tetapi sekarang, bahkan untuk sebuah sindiran orang akan membunuh.
Gejala lainnya adalah vittam eva kalau nèëäà janmäcära-guëodayaù: “Dijaman Kali, kualitas dan kedudukan sosial seseorang akan dihitung sesuai dengan jumlah kekayaannya.” [Çrémad-Bhägavatam 12.2.2] dahulu kedudukan seseorang diberikan sesuai dengan pemahaman spiritualnya. Sebagai contoh, seorang brähmaëa dihormati karena dia mengerti tentang brahmandia sadar akan roh yang utama. tetapi sekarang di Kali-yuga sesungguhnya tidak ada brähmaëa karena orang-orang mendapatkan gelar brahmana hanya karena janma atau kelahirannya atau hak sejak kelahirannya. Dahulu juga ada hak sejak lahir, tetapi sesungguhnya seseorang dikenali sesuai dengan kelakuannya. Jika seseorang lahir dalam keluarga brahmana atau keluarga ksatriya, dia harus bertingkah laku sebagai seorang brahmana atau ksatriya. Dengan kata lain, kehormatan diberikan sesuai dengan tingkah laku dan pendidikan. Namun sekarang, vittam eva kalau nèëäm: jika anda memiliki uang maka segala sesuatu menjadi tersedia. Anda mungkin adalah seorang dari kelas ketiga atau kelas keempat atau seorang pada kelas kesepuluh, tetapi jika entah bagaimana anda bisa mendapatkan uang, maka anda akan sangat dihormati. Gejala Kali-yuga yang lainnya: dharma-nyäya-vyavasthäyäà käraëaà balam eva hi.Prinsip-prinsip keagamaan dan keadilan akan ditentukan oleh sebuah pamer kekuatan.“ [Çrémad-Bhägavatam 12.2.2] jika anda memiliki pengaruh, maka segalanya akan ditentukan berdasarkan keinginanmu. Berikutnya adalah däm-patye 'bhirucir hetur mäyaiva vyävahärike: “Pernikahan akan dilakukan berdasarkan cinta yang sementara, dan untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses seseorang harus melakukan kecurangan.” [Çrémad-Bhägavatam 12.2.3] Hubungan antara suami dan istri akan tergantung pada abhiruci rasa suka satu sama lain. Tidak seorangpun mengetahui bagaimana masa depan dari gadis dan pemuda itu. Karena itu semua orang menjadi tidak bahagia. Enam bulan kemudian setelah pernikahan – perceraian. Ini terjadi karena pernikahan hanya berdasarkan rasa suka yang dangkal, bukan karena pengertian yang mendalam, tetapi pada jaman Kali-yuga ini dikatakan, däm-patye 'bhiruciù: pernikahan terjadi hanya karena rasa suka yang dangkal antara satu sama lain, hanya itu. Suka selama sesaat berarti benci untuk saat-saat berikutnya. Ini adalah fakta. Jadi pernikahan berdasarkan rasa suka yang dangkal tidak bernilai sama sekali.
Gejala berikutnya dari jaman ini adalah strétve puàstve ca hi ratir vipratve sütram eva hi:Pasangan suami dan istri akan tinggal bersama hanya selama adanya ketertarikan seksual, dan brahmana hanya dikenal hanya karena mengenakan sebuah tali suci.” [Çrémad-Bhägavatam 12.2.3] Brahmana diberikan sebuah tali suci. Jadi sekarang orang-orang berpikir “Sekarang saya memiliki tali suci, jadi saya telah menjadi seorang brahmana. Saya mungkin bertindak seperti seorang candala [pemakan daging anjing], tetapi itu tidak masalah.” Seseorang tidak mengerti bahwa sebagai seorang brahmana dia memiliki banyak tanggung jawab. Hanya karena dia memiliki tali suci yang berharga dua sen, dia berpikir dia telah menjadi seorang brahmana. Dan strétve puàstve ca hi ratiù: suami dan istri akan tetap bersama selama mereka menyukai satu sama lain, tetapi segera setelah mereka mengalami masalah dalam hal itu, rasa cinta mereka akan berkurang.
Gejala lainnya dalam Kali-yuga adalah nyäya-daurbalyaà päëòitye cäpalaà vacaù: “Mereka yang tidak memiliki uang tidak bisa mendapatkan keadilan, dan orang yang mahir mempermainkan kata-kata akan dianggap sebagai seorang yang terpelajar.” [Çrémad-Bhägavatam 12.2.4]

anäòhyataiväsädhutve
sädhutve dambha eva tu
svékära eva codvähe
snänam eva prasädhanam

 “Kemiskinan akan dianggap sebagai suatu yang hina, pada saat yang bersamaan seorang munafik yang dapat tampil akan dianggap saleh. Pernikahan terjadi hanya berdasarkan perjanjian semata, dan hanya dengan mandi akan dianggap kebersihan dan perhiasan tubuh yang pantas. [Çrémad-Bhägavatam 12.2.5].
Gejala lain adalah düre väry-ayanaà térthaà lävaëyaà keça-dhäraëam: “Dengan hanya pergi kesuatu sungai yang jauh dianggap sebagai suatu tirtha-yatra yang benar, dan seorang pria akan berpikir dia tampan apabila dia memiliki rambut yang panjang.” [Çrémad-Bhägavatam 12.2.6] lihatlah bagaimana sempurnanya Çrémad-Bhägavatam meramalkan masa depan.” Siapa yang dapat mengetahui jika orang akan tertarik untuk memelihara rambut panjang? Namun itu disebutkan dalam Bhägavatam: keça-dhäraëam. Keça berarti “rambut panjang” dan dhäraëam berarti “memelihara”. Gejala lainnya adalah düre väry-ayanaà tértham: orang-orang akan berpikir bahwa tempat tirtha-yatra haruslah jauh. Setiap agama memiliki tértha. Mereka juga berpikir mereka harus melakukan perjalanan jauh untuk mendapatkan tértha. Tetapi sesungguhnya, térthé-kurvanti térthäni: a tértha: sebuah tértha adalah tempat dimana terdapat seorang yang suci. Itulah tértha, bukanlah pergi sejauh sepuluh ribu mil dan kemudian hanya masuk kedalam air atau mendapatkan air dan kemudian kembali. 
Gejala lainnya adalah:
udaraà-bharatä svärthaù
satyatve dhärñöyam eva hi
däkñyaà kuöumba-bharaëaà
yaço-'rthe dharma-sevanam
 “Tujuan hidup nantinya hanyalah untuk mengisi perut semata, dan keberanian menjadi setara dengan kebenaran. Jika seseorang dapat memelihara anggota keluarganya dia akan dihargai sebagai orang yang sangat ahli, dan kesalehan seseorang akan menjadi ukuran reputasi seseorang untuk mendapatkan hal-hal material.” [Çrémad-Bhägavatam 12.2.6], jika entah bagaimana seseorang dapat makan dengan mewah, maka dia berpikir seluruh keinginannya sudah terpenuhi. Orang-orang akan menjadi sangat lapar, tanpa apapun untuk dimakan, dan karena itu jika mereka dapat makan dengan mewah untuk satu hari, itu akan menjadi pemuasan bagi seluruh keinginan mereka. Gejala lainnya däkñyaà kuöumba-bharaëam: seseorang akan dianggap sangat ahli apabila dia dapat memelihara keluarganya – istri dan anak-anaknya. Dengan kata lain, memelihara keluarga akan menjadi sangat sulit. Dan pada kenyataannya, ini sudah menjadi sangat sulit. Untuk memelihara istri dan dua anak sekarang adalah beban yang berat.
Sloka yang berikutnya menguraikan apa yang akan terjadi ketika semua orang telah dipengaruhi oleh racun dari Kali-yuga.
evaà prajäbhir duñöäbhir
äkérëe kñiti-maëòale
brahma-viö-kñatra-çüdräëäà
yo balé bhavitä nåpaù



Tidak masalah apakah dia seorang brähmaëa atau kñatriya atau kñatriya atau seorang çüdra ataukah seorang caëòäla[pemakan anjing]. Jika seseorang berkekuatan untuk mendapatkan suara, dia akan mendapatkan posisi sebagai pemimpin, presiden atau raja. Dalam sistem dimasa lalu hanya kñatriya yang bisa mendapatkan tahta kerajaan, bukanlah seorang brähmaëa, vaiçya, atau çüdra. Tetapi, sekarang di Kali-yuga tidak ada yang namanya kñatriya atau brähmaëa. Sekarang kita memiliki demokrasi. Siapapun yang bisa mendapatkan suara dengan cara apapun bisa mendapat-kan posisi sebagai pemimpin. Dia mung-kin saja bajingan nomor satu, tetapi dia akan diberikan kekuasaan tertinggi. Bhägavatam menguraikan pemimpin jenis ini dalam sloka berikutnya:
prajä hi lubdhai räjanyair
nirghåëair dasyu-dharmabhiù
äcchinna-dära-draviëä
yäsyanti giri-känanam
Para penduduk akan menjadi sangat tertindas oleh perampok yang tidak mengenal ampun yang menyamar sebagai pemerintah sehingga mereka meninggalkan suami atau istri dan kekayaan mereka dan kemudian mengungsi ke gunung-gunung dan hutan-hutan” [Çrémad-Bhägavatam 12.2.8] jadi, orang-orang yang berada dalam pemerintahan berdasarkan pemungutan suara kebanyakan adalah lubdhai räjanyaiù, orang-orang pemerintahan yang serakah. Nirghåëair dasyu, urusan mereka adalah menjarah masyarakat. Secara perlahan semua orang akan merasa sangat terganggu sehingga äcchinna-dära-draviëäù: mereka akan ingin meninggal-kan kehidupan ber-keluarga mereka (istri dan uang mereka) dan pergi menuju kehutan dan ini juga telah kita lihat.
Jadi, kaler doña-nidhe räjan: dosa pada jaman ini bagaikan lautan. Jika anda di biarkan di lautan Pasifik, anda tidak akan tahu bagaimana cara untuk menyelamatkan hidup anda. Bahkan jika anda seorang perenang yang sangat ahli, tidak akan mungkin bagimu untuk menyeberangi lautan Pasifik. Begitu juga Kali-yuga di uraikan dalam Bhägavatam sebagai lautan dosa. Jaman Kali dijangkiti oleh banyak penyakit sehingga tampak tidak ada jalan keluar. Tetapi ada sebuah obat: kértanäd eva kåñëasya mukta-saìgaù paraà vrajet [SB 12.3.51]. Bhägavatam menjelaskan jika anda mengucapkan nama Kåñëa anda akan dilepaskan dari berbagai macam penyakit Kali-yuga ini.
Keagungan Dari Bab Kedua Bhagavad-gita

Sri Vishnu mengatakan, “Lakshmi yang kusayangi, engkau telah mendengar dariKu keagungan dari bab pertama Bhagavad-gita. Sekarang dengarkanlah dengan penuh perhatian, Aku akan menceritakan kepadamu keagungan dari bab kedua. 
Suatu saat di selatan kota Pandharpur, brahmana yang sangat terpelajar bernama Devashyama tinggal. Dia mampu melaksanakan agni hotra(korban suci api) apapun. Dia juga menyadari pentingnya menerima tamu. Dan karena perbuatannya dia telah memuaskan seluruh dewa. Namun dia tidak bahagia dan tenteram dalam hati dan pikirannya. Dia berkeinginan untuk memperoleh pengetahuan tentang hubungan antara sang roh dan roh yang utama, Paramatma, dan selama ini dia telah mengundang banyak yogi dan tapasvi, dan melakukan berbagai macam pelayanan kepada mereka dan bertanya kepada mereka tentang kebenaran mutlak. Seperti inilah dia melewati tahun-tahun kehidupannya.
Suatu hari, ketika dia berjalan, dia melihat seorang yogi di hadapannya, duduk bersila dengan mata yang memandang ujung hidungnya dengan mantap, betul-betul khusuk dalam meditasinya. Devashyama dapat melihat bahwa yogi ini sangat tenang, dan tanpa hasrat keinginan material. Devashyama, dengan rasa hormat yang besar, bersujud pada kaki yogi itu, dan bertanya darinya, bagaimana dia dapat mencapai kedamaian dalam pikirannya. Pada saat itu, yogi itu, yang memiliki pengetahuan yang lengkap tentang Personalitas Tuhan Yang Maha Kuasa, Sri Krishna, menganjurkan Devashyama untuk pergi menuju desa Sowpur dan menemui seorang yang bernama Mitravan; yang pekerjaannya mengembalakan kambing; dan mem-peroleh ajaran mengenai pengetahuan tentang kesadaran Tuhan darinya. Setelah mendengar semuanya, Devashyama mempersembah rasa hormatnya di kaki yogi itu lagi dan lagi, kemudian dia segera pergi menuju Sowpur. Ketika tiba disana dia melihat pada bagian utara, sebuah hutan indah yang dikatakan sebagai tempat tinggal Mitravan. Ketika dia memasuki tempat itu, dia melihat pada tepian sungai kecil, Mitrawan duduk diatas sebuah batu.
Mitravan tampak sangat menawan dan sangat damai. Di hutan itu angin bertiup dengan lembutnya dan aroma yang harum tercium dari setiap penjuru. Kambing-kambing dengan tenangnya bergerak kesana-kemari, sama sekali tanpa rasa takut. Beberapa terlihat sedang duduk bersebelahan dengan harimau dan binatang buas lainnya juga tampak sangat jinak. Ketika Devashyama melihat pemandangan ini, pikirannya menjadi sangat damai, dan segala hormat dia mendekati Mitravan dan duduk dekat dengannya, Mitravan tampak sangat khusuk dalam meditasinya. Setelah beberapa lama, Devashyama bertanya darinya, bagaimana dia dapat mencapai bhakti kepada Sri Krishna. Ketika Mitravan mendengar pertanyaan ini, selama beberapa saat dia terdiam, berpikir dalam-dalam. Kemudian dia menjawab, “Devashyama yang terpelajar dan kuhormati, dahulu, saya sedang berada didalam hutan sedang menjaga kambing, saat harimau yang sangat ganas datang menyerang. Pada saat itu semua kambing berlarian kesana-kemari untuk menyelamatkan diri mereka. Saya juga berlari karena takut kepada harimau itu. Dari kejauhan saya melihat ke belakang dan melihat harimau itu menangkap salah satu kambingku. Pada saat itu suatu hal yang aneh dan ajaib terjadi. Harimau itu kehilangan semua amarah dan keinginannya untuk memakan kambingku. Kemudian, kambing itu bertanya kepada harimau itu, “Kamu telah mendapatkan makananmu, jadi mengapa kamu tidak memakan daging dari badanku ini? Kamu seharusnya membunuhku, dan dengan senangnya memakan dagingku. Mengapa kamu ragu-ragu?”
Harimau itu berkata,”Kambing yang terhormat, karena saya telah datang ke tempat ini, seluruh amarahku telah meninggalkanku dan saya tidak lapar dan haus lagi”. Kambing itu berkata, “Saya juga tidak tahu mengapa saya merasa tidak takut dan damai. Apakah sebab dari semua ini? Jika kamu tahu, katakanlah kepadaku.”
Harimau itu menjawab, “Aku juga tidak mengetahuinya, mari kita bertanya kepada orang itu.” Ketika saya melihat perubahan ini terjadi diantara harimau dan kambing itu, saya menjadi sangat heran. Pada saat itu mereka berdua mendekatiku dan bertanya sebab dari semua ini. Saya melihat eekor monyet duduk pada dahan sebuah pohon didekatku. Saya berjalan bersama kedua binatang itu dan bertanya kepada raja kera itu. Kera itu menjawab dengan penuh rasa hormat.
 “Dengarkanlah saya akan mengatakan kepadamu cerita yang sangat tua ini. Di hutan itu, yang ada didepan kalian, terdapat kuil yang sangat besar didalamnya Dewa Brahma menstanakan Shivalingga. Dahulu kala, seorang rsi yang sangat terpelajar bernama Sukama, yang telah banyak melakukan pertapaan, tinggal disini. Setiap hari dia akan membawa bunga dari hutan dan air dari sungai, dan memuja Dewa Shiva. 
Dengan cara ini dia hidup selama beberapa tahun, ketika suatu hari seorang rsi datang. Pada saat itu, Sukama membawa buah-buahan dan air dan menjamu rsi itu. Setelah rsi itu selesai makan dan beristirahat, Sukama berkata kepadanya, “Oh rsi yang terpelajar, hanya karena untuk mendapatkan pengetahuan tentang Tuhan Sri Krishna hamba tinggal disini, melakukan pertapaan dan pemujaan. Tapi hasil dari pertapaanku telah kuterima sekarang dengan bertemu denganmu.”
Ketika rsi itu mendengar kata-kata dari Sukama, yang penuh dengan ketundukan hati, dia menjadi sangat senang. Dan dia menuliskan pada sebuah batu Bab Kedua dari Srimad Bhagavad-gita. Dia kemudian meminta Sukama untuk membaca sloka-sloka itu setiap hari. “Dengan begitu, engkau akan segera memcapai tujuanmu.” Setelah berkata demikian, rsi itu menghilang dari tempat itu selagi Sukama memandangnya. Setelah itu, untuk mengikuti instruksi dari rsi itu, Sukama membaca sloka-sloka itu setiap hari selama masa hidupnya. Dengan cepat dia mendapatkan pengetahuan yang lengkap tentang Sri Krishna. Dan sejak dia mulai melafalkan sloka-sloka itu, dia tidak lagi merasa lapar dan haus.
Dan karena pertapan dan bhaktinya, di tempat ini, siapapun yang berkunjung ketempat ini tidak akan merasakan derita karena lapar dan haus, dan dengan segera mendapatkan kedamaian.
Mitravan berkata, “Devashyama yang terhormat, setelah kera itu selesai menceritakan cerita yang menakjubkan itu, Aku bersama harimau dan kambing itu pergi menuju kuil itu. Disana kami menemukan Bab Kedua Srimad Bhagavad-gita tertulis pada sebongkah batu. Dan saya mulai melafalkan sloka-sloka itu setiap hari. Dengan cara ini, kami dengan cepat dapat mencapai rasa bhakti kepada Tuhan Sri Krishna. Brahmana yang terhormat, jika anda juga mulai membaca sloka dari Bab kedua Srimad Bhagavad-gita, anda bisa dengan cepat mendapatkan karunia Sri Krishna.
Sri Vishnu berkata, “Lakshmi yang kusayangi, dengan cara ini Devashyama mendapatkan penge-tahuan dari Mitravan dan setelah memberikan hormatnya kepada roh yang agung itu, dia kembali ke Pandharpur dan setiap hari melafalkan Bab kedua itu. Dan siapapun yang mengunjungi Pandharpur, Deva-shyama akan pertama kali mengu-capkan Bab kedua Srimad Bhagavad-gita dihadapannya. Dengan cara inilah Devashyama mencapai kaki padma Tuhan Sri Krishna.”

MahaVidya
Layanan gratis setiap purnama-tilem oleh:
Sri Sri RadheSyam Bandung
Pesona Alam Jln.Permana Atas (1,2km) Cimahi
Phone : (022) 61302613
Website: www.iskconbdg.blogspot.com

Bagi yang tertarik pada pengetahuan ini, dipersilakan menghubungi alamat diatas. Tersedia buku, kaset, CD/VCD kerohanian.